Al Mustazhhir Billah
Dia adalah Amirul Mukminin Abu Al Abbas Ahmad bin Al Muqtadhi bi Amrillah Abu Al Qasim Abdullah bin Adz-Dzakhirah Muhammad bin Al Qa‘im bi Amrillah Abdullah bin Al Qadir Al Hasyimi Al Abbasi Al Baghdadi.
Dia lahir pada tahun 470 H. Dia menggantikan ayahnya pada usia enam belas tahun.
Ibnu An-Najjar berkata, “Dia mempunyai sifat dermawan, baik, cinta kepada ulama dan menolong orang miskin. Dia orang yang mulia, cerdas, fasih, mempunyai cita-cita tinggi dan bagus prilakunya. Dia adalah sosok yang bagus perangai dan tutur katanya.”
As-Silafi berkata, “Abu Al Khaththab bin Al Jarrah berkata kepadaku, ‘Aku shalat bersama Al Mustazhhir di bulan Ramadhan. Kemudian aku membaca ayat “Inna ibnaka surriq” (Qs. Yuusuf [12]: 81)mengikuti riwayat yang kami riwayatkan dari Al Kisa`i. Ketika aku membaca salam, dia berkata, “Ini bacaan yang bagus. Di dalamnya ada penyucian putra para nabi dari sifat bohong.”
Abu Saad bin Abu Amamah berkata, “Pada suatu malam aku duduk di rumahku ketika orang-orang telah tidur. Tiba-tiba ada dipan dan pengawal yang membawa lilin. Dia berkata, ‘Bismillah.’ Aku dihadapkan kepada Al Mustazhhir. Di wajahnya ada bekas kesedihan. Aku memberinya cerita-cerita, nasihat dan menagajaknya sejenak melupakan dunia tapi dia tidak berubah. Aku menceritakan cerita orang-orang besar dan lain sebagainya. Aku berkata, “Dia tidak tidur dan keadaan ini tidak membiarkanku tidur.” Aku berkata, “Wahai Amirul Mukminin! Aku mempunyai sebuah masalah.” Dia berkata, “Katakanlah!” Aku berkata, “Janganlah engkau sembunyikan masalahmu dariku!” Dia berkata, “Tidak.” Aku berkata, “Demi Allah halal bagimu uang penjual itu. Atau apakah perahumu rusak atau mereka berada di kafilahmu sehingga menyita waktumu? Aku punya segudang perbedaan yang aku pinjamkan kepadamu. Engkau berada di depan pintu dan rezeki Allah tak kunjung tiba. Ini keresahan besar. Aku telah terbiasa dengan malam itu. Lalu Al Mustazhhir tertawa hingga dia terbaring. Dia berkata, “Berdirilah! Allah telah menjadikanmu seperti ini.” Aku pun berdiri. Pengawalnya memberiku beberapa dinar dan baju.”
Abu Thalib bin Abdus Sami’ berkata, “Di antara kata-kata Al Mustazhhir adalah:
“Sebaik-baik harta simpanan seseorang di dunia adalah reputasi yang baik, dan di akhiratnya dia mendapatkan pahala yang melimpah.”
“Kikirnya seseorang mengeluarkan harta cerminan rendahnya diri sendirinya.”
“Sabar terhadap cobaan memberikan banyak faedah.”
“Etika seorang penanya itu lebih bermanfaat daripada perantara.”
“Kekayaan akal itu tidak akan musnah dan baunya akan nampak di mahsyar.”
dia juga mempunyai puisi yang bagus.”
Al Mustazhhir Billah wafat pada tahun 512 H pada usia empat puluh satu tahun enam hari. Dia adalah orang yang ramah dan beretika mulia. Ketika dia diminta sesuatu, dia memberikannya. Ketika disebutkan pahala dia bergegas melakukannya.
Sebuah pendapat mengatakan bahwa dia bersenandung dan menangis sebelum dia meninggal:
“Wahai bintang sungguh pendek umurnya
Demikian juga umur bintang-bintang fajar”
Tahun 509 H adalah tahun pertama munculnya orang Eropa di Syam. Mereka datang dari Konstantinopel dalam jumlah besar. Raja-raja bingung dan terkejut, apalagi Ibnu Qutulmasy penguasa Romawi. Dia berperang melawan bangsa Eropa dan kalah.
Ibnu Al Atsir berkata, “Awal kekuasaan mereka adalah pada tahun 478 H. Mereka menguasai Thulaithulah dan sekitarnya, Cyprus dan sebagian negeri Afrika. Raja Eropa menaklukkan Baghdawin dan mengutus utusan kepada Rujjar penguasa Cyprus dan berkata, “Aku sampai kepadamu untuk menaklukkan Afrika.” Dia berkata, “Pertama menguasai Quds kemudian menuju Syam.”
Sebuah pendapat mengatakan bahwa ketika penguasa Mesir melihat kekuatan dan kekuasaan keluarga Saljuk terhadap kerajaan-kerajaan kecil, dia meminta bantuan bangsa Eropa.
Mereka melintasi Sis dan tinggal di Anthakia. Penguasa Anthakia Yaghi Basan merasa takut. Dia mengeluarkan orang-orang Nashrani ke parit dan mengurung mereka di sana. Pengepungan itu terjadi selama sembilan bulan dan bangsa Eropa kalah. Kemudian mereka bekerja sama dengan Az-Zarrad al Muqaddam dan memberinya banyak uang.48 Mereka membuka salah satu jendela. Sebanyak lima ratus orang melewati jendela itu dalam semalam. Yaghi Basan lari dan Anthakia dikuasai pada tahun 491 H. Kekuasaan Yaghi Basan runtuh, demikian juga dengan putra-putranya. Yaghi Basan dibunuh oleh seorang tukang kayu dari Armenia. Bangsa Eropa memasuki medan, membunuh dan menumpas. Tentara dari Mosul dan daerah lain berkumpul untuk ikut berperang. Pasukan muslim kalah dan ribuan orang mati syahid. Penguasa Hamsh menebus mereka dan diterima oleh putra panglima perang. Dia mengambil alih kota Quds dari Ibnu Artuq. Paham Bathiniyyah menyebar di Asfahan dan selesailah peperangan sengit di antara raja-raja non Arab. Bangsa Eropa menguasai Baitul Maqdis. Mereka merobohkan pagar dan mengepungnya selama sebulan setengah, menguasai bagian utara Baitul Maqdis dan di sana mereka membunuh tujuh puluh jiwa.
Al Ghazali berkata di dalam kitab Sirr Al Alamin, “Aku menyaksikan kisah Al Hasan bin Ash-Shabbah ketika menyepi di bawah benteng Al Alamut. Penghuni benteng itu ingin menaikinya tapi Al Hasan melarangnya. Dia berkata, ‘Tidakkah kalian melihat bagaimana kemungkaran itu merajalela dan manusia berbuat kerusakan? Orang-orang mengikutinya. Amir benteng itu pergi berburu. Al Hasan menguasai benteng dan mengirim orang untuk membunuh amir. Keadaan menjadi runyam. Dan anak-anak Malik Syah disibukkan dengan perbedaan antara mereka.”
Ibnu Al Baqillani, Al Ghazali dan Al Qadhi Abdul Jabbar mempunyai kitab yang menerangkan kerusakan yang mereka timbulkan.
Ibnu Al Atsir berkata, “Pada tahun 494 H, Sultan Barkiya Ruq memerintahkan untuk membunuh pengikut Bathiniyyah. Mereka adalah pengikut Ismailiyyah yang dulu disebut Qaramithah.”
Ibnu Al Atsir berkata, “Al Khujandi49 mengasingkan diri di Asfahan untuk membalas dendam. Dia mengumpulkan banyak senjata. Dia memerintahkan mengubur senjata yang disulut dengan api. Mereka mendatangi musuh dan melemparkannya ke dalam api hingga banyak korban yang berjatuhan.”
Para Amir selalu memakai pakaian baja di dalam pakaian mereka untuk menghindari serangan Bathiniyyah. Sultan Barkiya Ruq bertolak untuk mencari mereka hingga membunuh banyak orang. Ilkiya Al Harrasi dituduh sebagai bagian dari mereka. Sultan Muhammad bin Malik Syah memerintahkan untuk menangkapnya hingga orang-orang bersaksi bahwa dia orang baik dan akhirnya sultan melepasnya.
Pada tahun 495 Hijriyyah terjadi perang saudara antara Barkiya Ruq dan Muhammad. Bencana dan pengepungan pun terjadi. Bangsa Eropa menduduki Tripoli. Lalu tentara Damaskus dan Hamsh mencari tahu tentang hal itu. Tentara Eropa bertempur dengan Baghdawin dan akhirnya mereka mengalahkannya. Sedikit prajurit Baghdawin yang selamat. Tiga orang pengikut Bathiniyyah menangkap Janah Ad Daulah, penguasa Hamsh, dan membunuhnya di masjid. Bangsa Eropa menduduki Hamsh. Mereka menggadaikan Hamsh dengan uang dan diterima oleh Syamsul Muluk. Orang-orang Bathiniyyah membunuh Al A’azza, menteri dari Barkiya Ruq.
Pada tahun 496 Hijriyyah, Syamsul Muluk mengepung Rahbah (sebuah kota dekat dengan Furat) dan menaklukkannya. Pasukan Mesir bertempur dengan pasukan Eropa di Yafa dan berhasil mengalahkan mereka. Barkiya Ruq berdamai dengan saudaranya, menghentikan perang dan berkoalisi. Pengepungan bangsa Eropa terhadap Tripoli berlangsung lama. Mereka menguasai Jubail, Akka dan bertempur di Harran. Al Askar datang dan kemenangan pu tiba. Pasukan Mala’in menderita kekalahan. Jumlah yang mati dari mereka mencapai dua belas ribu jiwa. Syamsul Muluk Duqaq meninggal dan putranya Atabik Thughtikin menjadi raja di Damaskus.
Pada tahun 496 H, Atabik Thughtikin menekan pasukan Eropa di Jordania. Dia berhasil menaklukkan dan menawan di antara mereka. Dia menghiasi kota Damaskus dan mengambil alih dua benteng dari pasukan Eropa.
Pada tahun 501 H, Shahibul Hillah Saif Ad Daulah Shadaqah bin Manshur bin Dubais Al Asadi, seorang raja Arab meninggal. Dia terbunuh pada perang antara dia dan Sultan Muhammad bin Malik Syah.
Pada perang tersebut Thughtikin berada di pihak tentara Damaskus. Dia mengalahkan tentara Eropa dan menawan penguasa Thabariyah yaitu Jirimas. Baghdawin mengepung Shur dan membangun benteng di sekitarnya. Penduduk Shur menebusnya dengan tujuh ribu dinar dan akhirnya Baghdawin meninggalkan kota itu.
Pada tahun 502 H, Thughtikin dan dua ribu pasukannya menghadapai pasukan Eropa. Pasukannya kalah. Mereka kembali kepada Thughtikin dan meminta bantuan. Mereka menawan Qoumish. Qoumish menawarkan sejumlah uang. Namun Thughtikin menolaknya dan membunuh Qoumish. Thughtikin berdamai dengan Baghdawin selama empat tahun.
Pada akhir tahun 503 H, Tripoli dikuasai setelah pengepungan selama enam tahun. Mereka menguasai Tripoli dengan membuat menara-menara kayu yang dibuat dan ditempelkan di pagar yang mengelilinginya. Mereka juga menguasai Baniyas dan Jubail dengan damai. Kemudian mereka menguasai Tharsus dan benteng Akrad.
Pada tahun 505 H tentara Irak dan Andalusia sepakat untuk mengadakan perang. Mereka bertemu untuk memerangi pasukan Eropa dan menguasai daerah sungai Eufrat. Mereka mendapat sedikit manfaat. Akhirnya mereka kembali dan musuh mereka masih berkeliaran di Syam.
Pada tahun 507 H, Askar Ad-Daulah mendapatkan pertolongan dari Thughtikin dan bertempur dengan pasukan Eropa di Jordania. Kedua belah pihak saling menahan diri. Terjadi pembunuhan di pihak pasukan Eropa. Pimpinan mereka Baghdawin ditawan. Baghdawin bertengkar dengan orang yang menawannya. Akhirnya dia dilepaskan dalam keadaan terluka. Musuh kembali. Mereka mendapatkan bantuan. Mereka siap tempur esok hari. Perang meletus. Musuh berlindung di sebuah gunung. Keduanya bertempur dan saling melempar panah. Pertempuran itu berlangsung selama dua puluh enam hari hingga kedua belah pihak saling mundur.
Pada waktu itu juga seorang pengikut Bathiniyyah menyerang penguasa Mosul Maudud bin Altuntakin di masjid Damaskus dan berhasil membunuhnya. Dan pengikut Bathiniyyah itu dibakar.--------------
siyar alam an-nubala
pustakaazzam.com
Labels: Al Mustazhhir Billah
0 Comments:
Post a Comment
Silakan isikan komentar dengan bahasan yang santun
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home