Zainab (Binti Jahsyin) Ummul Mukminin
Dia adalah putri Jahsyin bin Rabab dan keponakan Rasulullah SAW.
Dia termasuk wanita pertama yang ikut hijrah ke Madinah.
Sebelumnya dia menjadi istri Zaid, budak Nabi SAW, dan dialah wanita yang disebut Allah SWT dalam firman-Nya, “Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi nikmat kepadanya,‘Tahanlah terus istrimu dan bertakwalah kepada Allah’, sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allahlah yang lebih berhak untuk kamu takuti’. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) istri-istri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada istrinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi.” (Qs. Al Ahzaab [33]: 37)
Setelah itu Allah menikahkannya dengan Nabi-Nya melalui pernyataan nash Al Qur`an, tanpa wali dan saksi. Itu sempat menjadi hal yang dibanggakan dirinya di hadapan Ummahatul Mukminin lainnya, dia berkata, “Kalian dinikahkan oleh keluarga kalian, tetapi aku dinikahkan oleh Allah dari atas Arsy-Nya.”
Dia termasuk wanita mulia, taat beragama, wara’, dermawan, dan baik.
Dia meninggal pada tahun 20 Hijriyah dan jenazahnya dishalati oleh Umar.
Dialah orang yang dikatakan oleh Nabi, “Yang paling cepat datang kepadaku di antara kalian adalah yang paling panjang tangannya.”
Maksud Rasulullah SAW dengan ungkapan “yang paling panjang tangannya” adalah yang paling banyak berbuat baik.
Diriwayatkan dari Aisyah, dia berkata, “Zainab binti Jahsy memiliki kedudukan yang sama denganku di sisi Rasulullah SAW. Aku tidak pernah melihat seorang wanita yang lebih baik dalam agama melebihi Zainab, paling bertakwa kepada Allah, paing jujur, suka menyambung silaturrahim, dan paling besar sedekahnya.”
Diriwayatkan dari Atha, bahwa dia mendengar Ubaid bin Umair berkata: Aku mendengar Aisyah mengira Nabi SAW sempat tinggal di tempat Zainab binti Jahsy dan meminum madu di sana. Aisyah kemudian berkata, “Aku kemudian bermusyawarah dengan Hafshah, bahwa siapa pun di antara kami berdua yang didatangi beliau, maka dia harus berkata, ‘Aku mendapati getah pohon padamu! Apakah kamu makan getah pohon?’ Tak lama kemudian Rasulullah SAW menemui salah satu dari mereka, lalu dia mengatakan hal itu kepada beliau. Rasulullah SAW kemudian bersabda, ‘Tetapi aku minum madu di rumah Zainab dan aku tidak akan mengulanginya lagi’. Lalu turunlah firman Allah,
‘Wahai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah halalkan bagimu; kamu mencari kesenangan hati istri-istrimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepada kamu sekalian membebaskan diri dari sumpahmu; dan adalah Pelindungmu dan Dia Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang dari istri-istrinya (Hafshah) suatu peristiwa. Maka tatkala (Hafshah) menceritakan peristiwa itu (kepada Aisyah) dan Allah memberitahukan itu (semua pembicaraan antara Hafshah dan Aisyah) kepada Muhammad lalu Muhammad memberitahukan sebagian (yang diberitakan Allah kepadanya) dan menyembunyikan sebagian yang lain (kepada Hafshah). Maka Tatkala (Muhammad) memberitahukan pembicaraan itu, Hafshah lalu bertanya, ‘Siapakah yang telah memberitahukan hal ini kepadamu?’ Nabi menjawab, ‘Allah yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal yang memberitahukan hal itu kepadaku’. Jika kamu bertobat kepada Allah maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebaikan); dan jika kamu berdua saling membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang beriman yang baik; dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula.” (Qs. At-Tahriim [66]: 1-4)
Ibnu Abdul Barr berkata, “Anak-anak perempuan Jahsy adalah Zainab, Hamnah, dan Ummu Habibah, semuanya sudah mencapai usiah haid.”
Zainab adalah seorang pengrajin, penyamak, dan penjahit.
Ada yang mengatakan bahwa Nabi SAW menikah dengan Zainab pada bulan Dzulqa’dah tahun 5 Hijriyah. Pada saat itu Zainab berusia 25 tahun. Dia seorang wanita shalihah, banyak berpuasa, bangun malam, dan baik. Dia dijuluki Ummul Masakin (ibunya orang-orang miskin).
Diriwayatkan dari Anas, bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda kepada Zaid, “Bawalah dia kepadaku!” Aku pun pergi, lalu berkata kepada Zainab, “Wahai Zainab, ketahuilah bahwa Rasulullah SAW mengutusku agar membawamu menemui beliau.” Zainab berkata, “Aku tidak akan melakukan sesuatu hingga mendapatkan perintah dari Tuhanku.” Dia lalu berdiri menuju masjidnya, lantas turunlah Al Qur`an tentangnya. Setelah itu Rasulullah menemuinya tanpa meminta izin.
0 Comments:
Post a Comment
Silakan isikan komentar dengan bahasan yang santun
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home