Friday, November 19, 2010

Amr bin Al Jamuh


Dia adalah Ibnu Zaid Al Anshari As-Salami Al Ghanmi, ayah dari Mu’adz dan Mu’awwadz.
Diriwayatkan dari Ikrimah, dia berkata, “Ketika Mus’ab bin Umair datang ke Madinah untuk mengajarkan ilmu kepada penduduknya, Amr bin Al Jamuh mengutus seseorang untuk menemuinya, seraya bertanya, “Apa yang kalian bawa kepada kami?” Mereka menjawab, “Jika kamu mau maka kami akan datang dan kami akan membacakan Al Qur`an kepadamu.” Dia lalu menjawab, “Baiklah.” Mush’ab pun membacakan awal surah Yusuf kepadanya. Setelah itu Amr bin Al Jamuh berkata, “Kami sebenarnya sedang bermusyawarah bersama kaum kami.” Ketika itu dia pemimpin bani Salamah.
Mereka kemudian keluar menemui Manaf, lalu berkata, “Wahai Manaf, belajarlah! Demi Allah, orang-orang ini hanya menginginkan dirimu, apakah kamu akan mengingkarinya?” Setelah itu dia menghunus pedangnya lalu keluar. Melihat hal itu, kaumnya berdiri lalu merebut pedang tersebut. Ketika Manaf kembali, ia ditanya, “Di mana pedang itu wahai Manaf? Celaka kamu! Kijang tidak mungkin meninggalkan ekornya. Demi Allah, aku melihat bahwa Abu Ji’ar besok akan marah.” Manaf kemudian berkata kepada mereka, “Aku sebenarnya pergi  mengurus hartaku, maka berkatalah yang baik kepada Manaf.”  
Tatkala dia pergi, mereka menangkapnya lalu menghajarnya dan mengikatnya bersama bangkai anjing, lantas melemparkannya ke dalam sumur. 
Ketika Amr bin Al Jamuh datang, dia bertanya, “Bagaimana keadaan kalian?” Kaumnya menjawab, “Baik wahai pemimpin kami. Allah telah membersihkan rumah kita dari kotoran.” Dia kemudian berkata, “Demi Allah, aku melihat kalian telah berbuat jahat kepada Manaf ketika aku pergi.” Mereka berkata, “Begitulah, lihatlah dia sekarang di dalam sumur itu!” 
Amr bin Al Jamuh lantas mendekati sumur tersebut lalu melihatnya. Setelah itu dia mengutus seorang delegasi kepada kaumnya. Ketika mereka datang, dia berkata, “Apakah kalian berpegang teguh pada apa yang aku pegang?” Mereka menjawab, “Ya, karena engkau pemimpin kami.” Dia lantas berkata, “Aku bersaksi kepada kalian bahwa aku telah beriman kepada apa yang telah diturunkan kepada Muhammad.”
Ikrimah berkata: Pada waktu perang Uhud, Rasulullah SAW bersabda, “Pergilah kalian ke surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang dipersiapkan untuk orang-orang yang bertakwa.” Amr bin Al Jamuh lantas bangkit, padahal dia cacat, lalu berkata, “Demi Allah, aku akan terjun ke medan perang untuk memperoleh surga tersebut.” Setelah itu dia berperang hingga akhirnya terbunuh sebagai syahid.
Diriwayatkan dari Ibnu Al Munkadir, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Wahai bani Salamah, siapa pemimpin kalian?” Mereka menjawab, “Al Jaddu bin Qais. Kami menganggapnya orang yang bakhil.” Nabi SAW lalu bersabda, “Penyakit apa yang lebih berbahaya daripada kebakhilan? Tapi pemimpin kalian adalah Al Ja’d Al Abyadh, Amr bin Al Jamuh.”
Al Waqidi berkata, “Amr bin Al Jamuh tidak sempat ikut dalam perang Badar lantaran kecacatannya. Ketika umat Islam keluar berperang pada waktu perang Uhud, anak-anaknya melarangnya turut berperang, mereka berkata, “Allah telah memaafkanmu.” Setelah itu dia datang kepada Rasulullah SAW untuk mengadukan sikap mereka.” Mendengar itu, beliau bersabda, “Janganlah kalian melarangnya, siapa tahu Allah akan menjadikannya sebagai syahid?”
Diriwayatkan dari Abdullah bin Abdurrahman bin Abu Sha’sha’ah, dia mendapat kabar bahwa kuburan Amr bin Al Jamuh dan Ibnu Haram diterpa banjir hingga rusak, lalu kuburan keduanya digali untuk dipindahkan. Ketika digali, ternyata jasad keduanya ditemukan dalam kondisi tidak berubah, seakan-akan baru meninggal kemarin. Ketika tangannya dipindahkan dari lukanya, tangannya tersebut kembali lagi seperti semula. Padahal jarak waktu antara perang Uhud dengan waktu penggalian kuburan mereka adalah 46 tahun.
---------------------
ref. siyar alam an-nubala
pustakaazzam.com

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

Silakan isikan komentar dengan bahasan yang santun

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home