Kitab Al Mustadrak Ala Ash-Shahihain
cara-global.blogspot.com: Kitab Al Mustadrak karya Al Hakim telah menimbulkan
perdebatan ketika Al Hakim mengaku telah mengoreksi Al Bukhari dan Muslim dalam
hampir 9000 hadits yang seharusnya dinukil keduanya dalam kitab Shahih-nya,
karena hadits-hadits tersebut sesuai syarat (kriteria) keduanya atau salah satunya,
atau memiliki sanad yang shahih, tetapi tidak memenuhi kriteria salah
satu dari keduanya.
Syarat (Kriteria) Al Bukhari dan Muslim
Imam Nawawi berkata, “Maksud perkataan para muhaddits,
'sesuai syarat (kriteria) keduanya atau salah satunya', adalah bahwa para periwayat
sanad tersebut terdapat dalam kitab Al Bukhari dan Muslim atau salah satunya,
karena keduanya tidak memiliki (tidak menetapkan) syarat dalam kitab keduanya
dan tidak pula dalam selain kitab keduanya.”
Kitab Al Mustadrak dalam Timbangan
Jika
kita melihat kitab Al Mustadrak secara umum, maka akan mendapatkan bahwa
Al Hakim terlalu mudah dalam menilai “shahih” hadits-hadits yang tidak
shahih.
Adz-Dzahabi berkata, “Dalam kitab Al Mustadrak
terdapat banyak hadits yang sesuai kriteria Al Bukhari dan Muslim atau salah satunya.
Jumlahnya sekitar separuh dari isi kitab. Seperempatnya memiliki sanad yang
shahih, sedangkan sisanya (seperempat lagi) merupakan hadits-hadits munkar
yang lemah dan tidak shahih, yang sebagiannya maudhu’.”
Ini merupakan hal yang mengherankan, karena Al Hakim
termasuk salah seorang ahli hadits yang brilian di bidangnya. Ada yang berkata,
"Hal itu disebabkan bahwa dia menulisnya pada akhir masa hidupnya, yang
saat itu dia sudah agak pelupa."
Al Hafizh Ibnu Hajar berkata, “Al Hakim bersikap
menggampangkan karena dia mengkonsep kitab tersebut untuk diralat kemudian,
tetapi dia meninggal sebelum sempat meralat dan membetulkannya.”
Banyak periwayat hadits yang berkata, “Sesungguhnya sikap
Al Hakim yang menyendiri dari para Imam hadits dalam men-shahih-kan
suatu hadits perlu dikaji, sehingga dapat diketahui mana yang shahih, hasan,
dan dha'if.”[1]
Metode tahqiq Kitab Al Mustadrak
Seperti diketahui, kitab Al Mustadrak ini dicetak
di percetakan Da`irah Al Ma’arif An-Nizhamiyah, di Hyderabad Dakan, India. Pada
halaman pingirnya dicantumkan kitab Talkhish Al Mustadrak karya Imam
Adz-Dzahabi.
Pada mulanya aku ingin kitab At-Talkhish tetap berada
di pinggir halaman Al Mustadrak, tetapi aku berubah pikiran agar tidak
terkesan dobel dan pengulangan yang tidak bermanfaat, karena Adz-Dzahabi
menyusun kitabnya seperti kitab tersendiri, lalu dia memberikan komentar
terhadap setiap hadits, baik pembenaran terhadap hadits yang sudah dinilai shahih
oleh Al Hakim, atau komentar yang menolaknya. Oleh karena itu, tidak perlu
menampilkan kitab At-Talkhish secara penuh di pinggir halaman Al
Mustadrak.
Hal terpenting bagi kami adalah meletakkan setiap
komentar Adz-Dzahabi pada setiap hadits. Kami memilih metode ini, agar kitabnya
tidak terlalu tebal.
Adapun metode tahqiq kitab ini adalah:
1.
Mengomparasikan
kitab yang telah dicetak dengan manuskrip-manuskrip yang akan kami sebutkan,
menyempurnakan kekurangan yang ada dalam kitab yang tercetak, dan membenarkan kesalahannya.
2.
Memberi
nomor urut untuk setiap hadits, serta nomor khusus untuk setiap kitab (pembahasan).
3.
Memberi
nomor jilid dan halaman yang terdapat pada cetakan sebelumnya untuk
menggabungkan cetakan lama dengan cetakan ini. Juga untuk manfaat yang lain
bagi peneliti.
4.
Menyertakan
ringkasan perkataan Adz-Dzahabi dalam At-Talkhish untuk setiap hadits, tepatnya
pada catatan kaki (foot note). Kami juga menyertakan perkataan Al Munawi dalam kitab
Faidh Al Qadir, serta komentarnya
terhadap apa yang kami
temukan dalam kitab Al Jami’ Ash-Shaghir, dan Al Mustadrak. Perkataan
Al Munawi dan komentar Adz-Dzahabi memuat komentar lain untuk Imam Al Iraqi
dalam kitabnya Al Amali.
5.
Adapun
hadits yang tidak dikomentari Adz-Dzahabi, maka kami berusaha semampunya untuk
meneliti para periwayat dalam sanadnya. Kami juga menulis komentar Imam
Adz-Dzahabi dalam kitab Mizan Al I’tidal tentang kritik terhadap periwayat
tertentu jika terdapat dalam sanadnya.
6.
Kami menulis
mukaddimah ini, yang berisi penjelasan tentang biografi Al Hakim dan
Adz-Dzahabi, serta memperkenalkan kitab ini dan metode tahqiq yang
digunakan.
7.
Membuatkan
daftar isi penting untuk kitab ini, yang akan kami jelaskan.
Akhirnya, hanya kepada Allah aku berharap upaya yang
ikhlas dan semata-mata karena-Nya, dapat bermanfaat bagi para penuntut ilmu
yang menekuni hadits Nabi SAW. Semoga Allah mengampuni kesalahanku dan memberi
pahala atas kebenaran yang aku berikan. Cukuplah Allah menjadi Penolong kami
dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan untuk Nabi
Muhammad SAW, keluarga dan sahabatnya. Akhir doa kami adalah, segala puji bagi
Allah, Tuhan seru semesta alam.
[1] Tarikh Funun Al Hadits karya
Muhammad Abdul Aziz Al Khauli, hal. 98, cet. Dar Al Qalam.
-----------------
ref. al mustadrak ala shahihaini
terb. pustaka azzam
ref. al mustadrak ala shahihaini
terb. pustaka azzam
Labels: Al Mustadrak Ala Ash-Shahihain
0 Comments:
Post a Comment
Silakan isikan komentar dengan bahasan yang santun
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home