Wednesday, December 8, 2010

Amir Al Juyusy


Dia adalah Al Malik Al Afdhal Abu Al Qasim Syahinsyah bin Al Malik Amir Al Juyusy Badr Al Jamali Al Armini.
Ayahnya adalah seorang pejabat di Akka. Dia berjalan menuju pesisir untuk merenovasi negeri Al Mustanshir Al Ubaidi dan menguasai daerah itu. Dia membasmi banyak Amir dan raja-raja menyerangnya hingga dia meninggal. Putranya (Al Afdhal) menggantikan posisinya. Dia adalah tokoh besar. Dia membunuh Nazar putra Al Mustanshir seorang da’i Bathiniyyah dan Atabik Aftakin penguasa pelabuhan. Dia adalah pahlawan pemberani, berwibawa dan mempunyai derajat tinggi. Ketika Al Musta’li meninggal, kepemimpinan dipegang oleh putranya Al Amir. Al Amir adalah sosok fasik. Dia beberapa kali berusaha membunuh Al Afdhal. Dia mengutus orang untuk membunuhnya hingga mereka berhasil melukainya. Al Amir datang ke Al Afdhal menaruh belas kasihan kepadanya atas apa yang terjadi padanya. Ketika Al Afdhal meninggal, Al Amir mengambil semua hartanya. Al Amir tinggal di rumah Al Afdhal selama empat puluh hari. Para sekretaris Al Amir mencatat harta dan kekayaan Al Afdhal. Anak-anak Al Afdhal dipenjara. Al Afdhal berkuasa selama 28 tahun. Para Amir membencinya karena dia orang sunni. Dia pernah menyakiti mereka. Dulu dia orang yang adil, tapi setelah itu muncullah sifat zhalim dan bid’ah. Pemerintahan selanjutnya dipegang oleh Al Makmun Al Batha‘ihi.
Mereka membunuh Al Afdhal pada tahun 515 Hijriyyah ketika dia berusia lima puluh delapan tahun.
Ibnu Khallikan di dalam buku sejarahnya berkata, “Penguasa negeri yang terpecah belah berkata, ‘Al Afdhal meninggalkan 600 juta dinar, 250 dirham, 70 ribu pakaian sutera, tiga puluh hewan tunggangan, perhiasan permata senilai dua belas ribu dinar dan sepuluh aula. Di dalam setiap aula terdapat kelipatan sepuluh paku emas. Di atas paku-paku itu ada sapu tangan yang dikencangkan, di situ terdapat stelan pakaian dan lima ratus kotak. Di dalam kotak tersebut terdapat kiswah dan barang berharga. Dia tidak meninggalkan budak, sapi dan kambing. Susu binatang peliharaannya dijual pada tahun itu dengan harga 30.000 dinar. 
Aku katakan, “Ini semua mungkin kecuali uang dinar dan dirham. Aku tidak sependapat dengan hal di atas. Tak diragukan lagi bahwa dia mengumpulkan uang sebanyak itu pasti dapat melemahkan tentara Mesir. Pada masa itu pasukan Eropa menguasai Quds, Akka, Shur, Tripoli dan daerah pesisir. Seandainya Amir Al Juyusy menggunakan seperempat hartanya saja, dia dapat mengumpulkan banyak tentara dan mampu menumpas bala tentara eropa. Tapi apa yang telah ditetapkan Allah pasti terjadi.
Abu Ya’la bin Al Qalanisi berkata, “Al Afdhal adalah orang yang lurus akidahnya. Dia seorang sunni yang baik reputasinya dan mulia etikanya.”
Setelah meninggalnya Al Amir, Amir Al Juyusy Abu Ali Ahmad bin Al Afdhal diangkat sebagai wazir. Dia sosok yang murah hati, ditaati, pahlawan pemberani dan penguasa sunni seperti ayah dan kakeknya. Dia bersikap keras terhadap Al Hafizh dan membatasi ruang geraknya. Orang Al Hafizh yang merupakan keturunan Eropa menentangnya, mencela dan akhirnya membunuhnya. Kemudian Yanis Al Hafizhi diangkat sebagai menteri. Abu Ali Ahmad sudah terlalu jauh membatasi ruang gerak Al Hafizh. Dia memindahkan barang-barang berharga istana ke rumahnya dan mengklaim bahwa itu harta ayahnya.
Sebuah pendapat mengatakan bahwa dia menyisihkan nama Al Hafizh dalam khuthbah dan melakukan khuthbah sendiri. Rakyat yang mayoritas Syi’ah lari darinya. Dia dibunuh ketika bermain bola pada tahun 526 H dan rakyat membai’at Al Hafizh. Yanis meninggal tiga tahun setelah itu. Kemudian Al Hafizh mengangkat Pangeran Hasan bin Al Hafizh sebagai menteri
----------
siyar alam an-nubala
pustakaazzam.com

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

Silakan isikan komentar dengan bahasan yang santun

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home