Wednesday, December 8, 2010

Thughtikin


Dia adalah Al Malik Abu Manshur Thughtikin Al Atabik, penguasa Damaskus, salah seorang Amir Sultan Tutusy bin Alb Arsalan dari dinasti Turki Saljuk. Sultan Tutusy terbunuh dan digantikan oleh putranya Duqaq. Tughtikin menjadi panglima garda depan Sultan Duqaq. Kemudian dia menjadi berkuasa setelah Duqaq. Dia adalah orang yang murah hati, pemberani, berwibawa, pejuang melawan bangsa Eropa dan pengawal keadilan. Dia dijuluki Zhahir Ad-Din.
Abu Ya’la Al Qalanisi berkata, “Tughtikin sakit, berat badannya turun dan meninggal pada tahun 522 H. Kematiannya membuat orang bersedih menangis, mengharukan hati dan menggetarkan jiwa.” 
Aku katakan, “Andaikata Allah tidak menciptakan Thughtikin sebagai pembela Islam melawan pasukan Eropa, maka mereka akan menguasai Damaskus. Dia telah berkali-kali mengalahkan pasukan Eropa. Tentara Mosul telah menyelamatkanya bersama Maudud dan Al Bursuqi.”
Ibnu Al Atsir berkata, “Putra pertamanya Taj Al Muluk berkuasa setelahnya.”
Ibnu Al Jauzi berkata, “Dia menguasai Syam selama 35 tahun. putranya meneruskan kebijakannya kemudian berubah menjadi zhalim.”
Aku katakan, “Thughtikin bagaikan pedang yang menghunus bagi pasukan Eropa, tapi dia juga punya kelemahan. Keadaan kritis terjadi dengan datangnya Bahram seorang da’i Syi’ah Ismailiyyah di Syam. Dia berkeliling ke kota-kota dan benteng dengan sembunyi-sembunyi. Dia merayu orang-orang cerdik pandai. Dia ditolong oleh orang-orang bodoh hingga dia tampil di Damaskus karena keputusan yang dikeluarkan oleh penguasa Mardin Ilghazi dengan Thughtikin. Dia menghormati Thughtikin agar terhindar dari penindasannya. Pengikutnya semakin banyak, meliputi rakyat kecil, orang-orang bodoh dan para petani. Menteri Thahir Al Mazdaqani pun sepakat dengannya dan menceritakan rahasia kepadanya. Kemudian dia bertemu dengan Raja Thughtikin untuk mencari perlindungan. Dia diberi wilayah Baniyas pada tahun 520 H. Orang-orang baik merasa terusik. Mereka bersembunyi dari hujatan orang baik. Mereka telah membunuh banyak pejabat. Taj Al Muluk tak lengah. Dia membunuh menteri Kamaluddin Thahir bin Sa’ad pada tahun 523 Hijriyyah di benteng. Dia memenggal kepalanya. Para prajurit bertolak untuk menyerang kaum atheis Ismailiyyah di Damaskus. Mereka menumpas sebanyak enam ribu jiwa di jalan-jalan seketika itu juga. Keadaan menjadi genting. 
Sedangkan Bahram, dia menjadi murtad. Dia membunuh seorang pemuda dari penduduk wadi At-Taim yang bernama Burq. Keluarganya mencari sekutu untuk membalas dendam. Bahram memerangi mereka tapi dia kalah. Dan mereka membunuh Bahram. Orang-orang atheis menyerahkan Baniyas kepada bangsa Eropa dan nasib mereka merana.
Sebuah pendapat mengatakan bahwa Al Mazdaqani bernegosiasi dengan bangsa Eropa untuk menyerahkan Damaskus. Mereka memberinya Shur dan menduduki Damaskus pada hari Jum’at. Al Mazdaqani memerintahkan orang-orang atheis untuk menutup masjid bagi publik. Oleh karena perbuatannya ini, Taj Al Muluk membunuhnya. Taj Al Muluk bertempur dengan pasukan Eropa dan mengalahkan mereka. Ini adalah perang yang hebat.
Pada tahun 520 Hijriyyah pasukan Eropa bertolak untuk menguasai Damaskus. Mereka tinggal di daerah Syaqhab. Thughtikin mengumpulkan orang-orang Turkmenistan dan penduduk Damaskus. Pasukannya bertemu dengan pasukan Eropa pada akhir tahun dan meletuslah perang. Thughtikin dan pasukannya mundur karena tak mampu melanjutkan perang. Beberapa orang menyelinap ke tenda musuh. Mereka membunuh beberapa pasukan eropa. Mereka mendapatkan harta rampasan. Pasukan Eropa kalah dan kemenangan pun diraih.
------------
siyar alam an-nubala
pustakaazzam.com

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

Silakan isikan komentar dengan bahasan yang santun

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home