Wednesday, December 8, 2010

Al Mustarsyid Billah


Dia adalah Amirul Mukminin Abu Manshur  Al Fadhl bin Al Mustazhhir Billah Ahmad bin Al Muqtadi bi Amrillah Abdullah bin Muhammad bin Al Qa‘im Abdillah bin Al Qadir Al Qurasyi Al Hasyimi Al Abbasi Al Baghdadi.
Dia lahir pada tahun 486 H, pada masa pemerintahan kakeknya Al Muqtadi. Dia mendapat julukan pangeran pada saat masih dalam buaian. 
Dia mempunyai tulisan bagus, karangan yang menarik dan puisi yang indah dengan keagamaan dan pendapat yang cerdas. Dia orang yang murah hati, pemberani, punya jiwa kepemimpinan dan tiada bandingannya.
Ibnu An-Najjar berkata, “Dia orang yang murah hati, berwibawa dan berani. Hari-harinya tidak diwarnai dengan pemberontakan. Dia terjun sendiri untuk meredam gejolak. Karena dia terjun langsung, pada suatu hari dia ditawan dan meninggal di tangan para atheis. Dia juga pernah belajar hadits.”
Ibnu An-Najjar berkata, “Zainul Umana` mengabarkan kepada kami dari Muhammad bin Muhammad Al Iskafi, imam wazir, berkata, ‘Ketika kami bersama Al Mustarsyid di Bab Hamadzan, di antara kami ada seorang pria yang dijuluki Faris Al Islam. Dia adalah pembantu dekat Khalifah. Dia menghadap Ibnu Tharad dan berkata, ‘Aku bermimpi pada suatu waktu melihat Nabi SAW. Aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, apa pendapatmu tentang tentara ini?’ Rasul menjawab, ‘Kalah. Aku ingin Engkau memberitahu khalifah tentang hal ini.’ Sang menteri berkata, ‘Wahai Faris Al Islam, aku telah isyaratkan Khalifah agar dia tidak keluar dari Baghdad,’ kemudian dia berkata, ‘Wahai Ali, kamu lemah kembalilah ke rumahmu!’ Aku belum mengatakan tentang mimpi itu. Katakan kepada Ibnu Thalhah Bendahara Raja. Faris Al Islam pergi ke Ibnu Thalhah dan memberitahukan mimpinya itu. Ibnu Thalhah berkata, ‘Aku tak bisa hentikan pertanda buruk ini. Tulislah ini, tunjukkan papan ini kepada Khalifah dan evakuasi tempat kekalahan itu. Dan aku pun menulisnya. Aku pergi menuju perkemahan. Aku bertemu dengan pengawal di ruang depan. Khalifah sedang shalat shubuh ditemani oleh Ibnu Sukitah, imamnya. Pengawal itu menghadap Khalifah dan menyerahkan papan itu kepadanya.’ Dia membacanya berkali-kali dan bertanya, ‘Siapa yang menulis ini?’ Pengawal itu berkata, ‘Faris Al Islam.’ Khalifah berkata, ‘Bawa dia kemari!’ Pengawal datang dan mengikat tanganku. Aku ditundukkan hingga mencium tanah. Khalifah berkata, ‘Wa’alaikum Salam.’ Kemudian dia membaca papan itu berkali-kali dan berkata, ‘Siapa yang menulis ini?’ Aku menjawab, ‘Hamba.’ Khalifah berkata, ‘Celaka kamu. Kenapa terdapat kalimat yang kau buang?’ Aku menjawab, Itu yang Engkau lihat dalam mimpi wahai Amirul Mukminin. Khalifah berkata, ‘Celakalah kamu Aku tunjukkan mimpi itu sekarang.’ Aku berkata, ‘Tuanku, tak ada yang lebih benar dari mimpimu.’ Khalifah berkata, ‘Celakalah kamu, menurutmu Rasulullah SAW berbohong! tak ada waktu untuk mundur. Allah telah tentukan apa yang Dia kehendaki.’ Pada hari kedua atau ketiga terjadilah apa yang terjadi. Khalifah kalah, ditawan dan akhirnya dibunuh’.”
Ibnu Nashir berkata, “Al Mustarsyid Billah keluar ke Hamadzan pada tahun 529 H untuk mendamaikan antara dua penguasa dan perselisihan antar tentara. Dia pergi bersama pasukan Turki dalam jumlah besar. Mereka bertemu dengan Mas’ud bin Muhammad bin Malik Syah. Kedua pasukan saling perang. Pasukan Al Mustarsyid Billah kalah dan dia sendiri beserta para panglimanya ditangkap. Mereka dibawa ke sebuah benteng di sana. Mereka ditahan, sedangkan Khalifah bersama Sultan Mas’ud. Mereka dibawa ke Maraghah. Orang-orang Bathiniyyah berkonspirasi dengan orang-orang atheis untuk membunuh Khalifah. Khalifah tinggal di perkemahan sebelah. Mereka masuk ke perkemahan itu dan membunuh Khalifah dan orang-orang yang ada di pintu Kharakah.72 Mereka terbunuh semua.
Kabar tersebut sampai ke Baghdad. Banyak yang berduka cita. Upacara bela sungkawa pun diadakan.
Aku berpendapat, “Al Mustarsyid dibaiat ketika ayahnya meninggal pada tahun 512 H. Dia berkuasa selama tujuh belas tahun tujuh bulan. Dia hidup selama 46 tahun. Sebuah pendapat mengatakan bahwa orang-orang yang membunuhnya telah dipersiapkan oleh Mas’ud. Mereka berjumlah tujuh belas orang. Mereka ditangkap dan dibunuh Sultan Mas’ud, dan Sultan menunjukkan rasa bela sengkawanya.”
Sebuah pendapat mengatakan bahwa Sultan Sanjar bin Malik Syah mengutus kepada putra saudaranya Mas’ud, mengecamnya karena membunuh Al Mustarsyid. Sultan Sanjar menyuruhnya untuk memulangkan Al Mustarsyid ke istananya dan menyuruhnya agar santun kepadanya. Sultan Mas’ud pura-pura melakukan itu dan akhirnya membunuh Al Mustarsyid.
-------------
siyar alam an-nubala
pustakaazzam.com

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

Silakan isikan komentar dengan bahasan yang santun

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home