Thursday, December 23, 2010

Al Abdari


Dia adalah seorang syaikh, imam, satu-satunya hafizh di negerinya, Dia bernama Abu Amir Muhammad bin Sa’dun bin Murajja Al Qursyi Al Abdari Al Mayurqi Al Maghribi Azh-Zhahiri. Dia tinggal di Baghdad.
Dilahirkan di Cordoba. Dia bagaikan lautan ilmu jika bukan karena dia mengikuti paham tajsim (paham bahwa Allah memiliki tubuh seperti makhluk). Semoga Allah merahmatinya.
Al Qadhi Abu Bakar di dalam Mu’jamnya berkata, “Abu Amir Al Abdari adalah orang paling cerdas yang pernah ku temui.”
Ibnu Nashir berkata, “Dia seorang alim yang cerdas dan senantiasa hidup dalam kefakiran.”
Ibnu Asakir berkata, “Al Abdari adalah orang yang paling hafizh yang pernah aku temui. Dia seorang ahli fikih madzhab Daud. Diceritakan bahwa dia datang ke Damaskus pada masa Abu Al Qasim bin Abu Al Ala`. Aku belajar darinya. Dia menyebut Imam Malik dan berkata, “Orang yang sangat bodoh sekali.” Dia mencela Hisyam bin Ammar. Aku belajar darinya kitab Al Amwal karangan Abu Ubaid. Dia berkata, “Ada pendapat yang mengatakan bahwa Abu Ubaid adalah penggembala keledai bodoh yang tidak tahu fikih.” Seseorang mengatakan kepadaku tentang Al Abdari, “Sesungguhnya dia berpendapat bahwa Ibrahim An-Nakha’i adalah orang yang buta salah satu matanya dan buruk rupa.” Kami berkumpul di majlis Ibnu As-Samarqandi belajar kitab Al Kamil. Di dalam kitab itu disebutkan, “As-Sa’di berkata demikian. Al Abdari berkata, ‘Ibnu Adi berbohong. Ini adalah pendapat Ibrahim Al Jurjani’. Aku berkata kepadanya, ‘Dia adalah As-Sa’di. Sampai kapan kamu akan menjelek-jelekkan orang? Kamu berkata bahwa ini itu tentang Ibrahim. Kamu katakan bahwa Imam Malik bodoh. Dan kamu juga menjelekkan Abu Ubaid.’ Dia marah besar dan berkata, ‘Ibnu Al Khadhibah, Al Bardani dan yang lain takut kepadaku. Sekarang kamu katakan kepadaku seperti ini!’ Ibnu As-Samarqandi berkata kepadanya, ‘Inilah konsekuensinya.’ Aku berkata, ‘Kami hanya menghormatimu selama kamu menghormati para imam.’ Dia berkata, ‘Demi Allah Aku menguasai ilmu hadits yang tak dikuasai oleh orang selainku. Aku menguasai Shahih Bukhari dan Shahih Muslim yang tidak mereka kuasai.’ Aku berkata dengan nada mencemooh, ‘Jadi, ilmumu ilham!’ Aku pun meninggalkannya.”
Pada suatu hari aku bertanya kepada Al Ba’dari tentang hadits-hadits sifat. Dia berkata, “Para ulama berbeda pendapat tentang hadits tersebut. Di antara mereka ada yang menakwilkannya, di antara mereka ada yang membiarkannya dan di antara mereka ada yang memahami makna zhahirnya. Madzhabku adalah salah satu dari tiga madzhab di atas.” Dia berfatwa atas dasar madzhab Daud. Sampai kepadaku bahwa dia ditanya tentang kewajiban mandi bagi orang yang bersetubuh dengan istrinya tetapi tidak keluar air mani. Dia berkata, “Tidak wajib mandi baginya. Aku melakukan yang demikian dengan Ummu Abi Bakar.”
Al Abdari berperawakan kotor dan berpakaian compang-camping. Dia meninggal pada tahun 524 H.
Aku katakan, “Riwayat yang mengatakan bahwa dia pengikut madzhab tasybih –jika memang shahih sanadnya-, adalah riwayat yang jauh dari kebenaran.”
Siyar alam an-nubala
pustakaazzam.com

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

Silakan isikan komentar dengan bahasan yang santun

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home